Teori Harun Yahya menggunakan desain sebagai pengganti evolusi untuk menjelaskan kerumitan struktur dan keragaman kehidupan. Bila teori mereka lebih baik daripada evolusi, maka penjelasan desain seharusnya bisa diterapkan pada tiap peristiwa pada sejarah kehidupan di Bumi.
Tentunya tidak logis bila penjelasan desain hanya diterapkan pada beberapa kasus (misalnya kejadianmanusia) namun pada kasus lain penjelasannya diserahkan pada evolusi. Asal-usul dari tiap jenis makhluk hidup harus bisa dijelaskan sebagai tindak penciptaan terpisah, apabila teori Harun Yahya benar.
Mari kita menerima teori HY sebagai suatu penjelasan yang serius atas fakta-fakta yang ada di alam. Menurut HY, kerumitan yang ditemukan pada tubuh makhluk hidup harus merupakan hasil ciptaan Sang Pencipta. Jelas bahwa kerumitan tersebut bisa ditemukan di berbagai makhluk hidup. Salah satu contoh struktur rumit yang ditunjukkan adalah mata trilobita. Trilobita adalah artropoda (hewan beruas) yang menyerupai kepiting dan serangga, yang hidup di dasar laut pada 600--250 juta tahun yang lalu. Mata trilobita tersusun dari ribuan unit mata yang memiliki
sistem lensa ganda yang rumit. Ahli geologi David Raup menyatakan bahwa mata trilobita memiliki desain optimal yang hanya bisa diciptakan oleh seorang perancang yang terlatih dan imajinatif. Tentunya masuk akal bila kita mengikuti usul Harun Yahya dan menganggap bahwa mata trilobita adalah bukti bahwa makhluk tersebut merupakan hasil suatu tindakan penciptaan tersendiri.
Walaupun demikian, ada satu kesimpulan yang sukar ditolak yang berasal dari penyebaran fosil trilobita: mata sempurna yang merupakan hasil desain optimal tersebut tidak berhasil mencegah mereka dari kepunahan. Tak ada manusia yang pernah melihat trilobita hidup di lautan, karena semua trilobita telah punah pada 250 juta tahun yang lalu. Penyebab kepunahan mereka masih diperdebatkan para ahli. Ada yang mengatakan mereka punah karena terjadi zaman es; ada pula yang mengaitkannya dengan munculnya pesaing baru seperti ikan dan kerang. Apapun
penyebabnya, jelaslah bahwa desain trilobita tak bisa dikatakan sempurna. Kerumitan struktur mereka tak berguna menghadapi tekanan lingkungan pada 250 juta tahun yang lalu dan mendorong makhluk-makhluk yang dikatakan
memiliki desain sempurna tersebut menuju kepunahan.
Trilobita bukan satu-satunya kelompok makhluk hidup yang telah punah. Dinosaurus, pterosaurus, kalajengking raksasa, mamut wol, macan gigi pedang, kesemuanya menurut teori HY adalah hasil tindakan penciptaan tersendiri yang memiliki struktur sempurna. Namun semuanya telah punah karena berbagai faktor: perubahan iklim, persaingan
dengan hewan lain, bencana alam. Ada yangmemperkirakan bahwa seluruh jenis makhluk hidup yang masih ada sekarang hanyalah 1% dari total jumlah jenis makhluk hidup yang pernah merasakan hidup di Bumi--dengan kata lain, 99% jenis makhluk hidup yang pernah ada di Bumi sekarang telah punah.
Kini yang tersisa dari mereka adalah fosil-fosil yang tertanam dalam batuan. Sembilan puluh sembilan persen tindakan penciptaan terpisah berakhir dalam kepunahan. Tentunya segala fakta tersebut menunjukkan bahwa ‘desain’ makhluk hidup tidak sempurna.
Penjelasan ‘desain sempurna’ bisa diterapkan pada beberapa fenomena di alam, seperti mata trilobita, struktur sel, peranti terbang pada burung, kerumitan DNA, dan sebagainya. Tentunya penjelasan tersebut bisa digunakan pada semua fenomena kerumitan struktur makhluk hidup, bukan? Mungkin saja.
Di antara alat indera manusia, indera penciuman kurang berkembang. Dibanding hewan lain, seperti hiu, anjing, atau tikus, indera penciuman manusia kurang peka. Akan tetapi, perbandingan gengen yang membentuk organ penerima rangsang baubauan pada manusia dan tikus (Rouquier dkk. 2000;Liman & Innan 2003) menunjukkan bahwa gen-gen
tersebut pada tikus berfungsi sempurna dan memberi kemampuan penciuman yang baik pada tikus, sedangkan pada manusia sebagian besar gen tersebut rusak, tidak berfungsi. Memang, bisa dikatakan bahwa manusia tidak didesain untuk memiliki penciuman yang tajam. Akan tetapi mengapa desain manusia harus juga menyertakan gen-gen rusak? Bukankah bila
tubuh manusia didesain dengan sempurna, tidak
perlu ada gen-gen rusak tersebut dalam DNA kita?
Teori Harun Yahya juga harus bisa
menjelaskan penyebaran geografis makhluk hidup
di berbagai benua, atau biogeografi. Alfred Russel
Wallace mencapai kesimpulan bahwa makhluk
hidup berevolusi melalui seleksi alam berdasarkan
penelitiannya atas penyebaran hewan di kepulauan
Indonesia. Bagaimanakah teori Harun Yahya akan
menjelaskan fakta biogeografi? Boleh jadi,
penjelasannya adalah bahwa Sang Desainer
menciptakan tiap makhluk hidup pada tempat yang
sesuai dengannya. Masuk akal, bukan?
Mungkin saja memang demikian. Akan
tetapi bisa juga dipertanyakan mengapa Australia,
misalnya, memiliki fauna khas yang didominasi
mamalia berkantung--kanguru, koala, dan
sebagainya. Benua tersebut memiliki iklim kering
yang bisa ditemukan juga di tempat lain, seperti
Afrika utara dan Amerika utara bagian barat, namun
faunanya amat berbeda. Anehnya, Papua yang
berdekatan dengan Australia namun beriklim tropis
dan basah memiliki fauna yang mirip dengan
Australia--kasuari, kanguru, dan sebagainya. Iklim
dan keadaan alam Papua tidak berbeda dengan
misalnya Kalimantan atau Kamerun, namun di sana
Sang Desainer menciptakan fauna yang mirip
dengan fauna Australia. Entah kebetulan atau
tidak, keputusan Sang Desainer bersesuaian
dengan sejarah geografis Papua dan Australia,
yang dahulu tergabung menjadi satu benua. Teori
evolusi menjelaskan keberadaan dua fauna yang
mirip tersebut sebagai hasil dari adaptasi dan
seleksi alam dari mamalia purba yang berada di
klaim teori HY bahwa tiap makhluk hidup diciptakan
di tempat yang sesuai tidak berlaku di sana. Tidak
ada fakta yang lebih jelas membantah penjelasan
teori HY terhadap biogeografi daripada introduksi
berbagai hewan Asia, Afrika, dan Eropa ke
Australia. Unta, yang menurut teori HY diciptakan
khusus untuk gurun Afrika dan Asia tengah, ternyata
sesuai dengan gurun Australia. Sejak didatangkan
oleh para imigran Afghan ke Australia pada abad ke-
19, banyak unta yang menjadi liar kembali dan hidup
bebas di gurun. Mengapa Sang Desainer tak
menciptakan unta di Australia, bila unta memang cocok
hidup di sana? Penulis kesulitan mencari penjelasan
tentang ini dalam teori Harun Yahya.
Biogeografi terus memaksa para ahli biologi
untuk mengakui bahwa komposisi fauna suatu daerah
selalu tergantung pada sejarah dan kesinambungan
garis keturunan (continuity of descent). Namun
biogegrafi hanya satu dari banyak jalur bukti yang
akhirnya mendorong perumusan teori evolusi.
Kehidupan yang ada di Bumi tidak selalu
seperti yang kita lihat sekarang. Kita bisa mengetahui
bentuk kehidupan di masa lampau dengan melihat
fosil-fosil yang mereka tinggalkan. Bagaimanakah teori
Harun Yahya menjelaskan kehidupan di masa lampau?
Sama seperti kehidupan masa kini, tiap jenis makhluk
hidup masa lampau juga adalah hasil tindakan
penciptaan khusus. Tidak ada hubungan antara
mereka dengan makhluk hidup yang ada sekarang.
Harun Yahya mengajukan burung sebagai
contoh desain yang sempurna. Penulis sepakat
dengannya. Seluruh tubuh burung menunjukkan
adaptasi yang baik untuk kehidupan menjelajahi
udara--dua sayap, tulang-tulang yang ringan, bulu
berstruktur rumit dan efektif, mata besar dan awas,
dan lain-lain. Menurut teori HY, burung pastilah
muncul tiba-tiba dalam sejarah alam tanpa ada
pendahulu di masa lalu, sebagai akibat dari suatu
tindakan penciptaan khusus. Benarkah demikian?
Mari kita lupakan sejenak penjelasan
evolusi yang menyatakan bahwa makhluk hidup
masa lalu adalah leluhur makhluk hidup masa kini.
Selanjutnya mari kita melihat seperti apa bentuk
burung di masa lalu.
Gambar 3a. Rekonstruksi kerangka Protoavis texensis, burung purba dari Zaman Trias, 225 juta tahun yang lalu. Fosil (2
spesimen) ditemukan di Texas. Ilustrasi berdasarkan Chatterjee (1991).
Gambar 3b. Rekonstruksi kerangka Archaeopteryx, burung purba dari Zaman Jura, 150 juta tahun yang lalu. Fosil (8 spesimen)
ditemukan di Jerman. Ilustrasi berdasarkan Colbert & Morales (1991) dan Feduccia (1996).
Gambar 3c. Rekonstruksi kerangka Microraptor gui, burung dari Zaman Kapur Awal, ±130 juta tahun yang lalu. Fosil (2
spesimen) ditemukan di Cina utara. Ilustrasi berdasarkan Xu dkk. (2003).
Gambar 3d. Rekonstruksi kerangka Ichthyornis dispar, burung purba dari Zaman Kapur Akhir, ±70 juta tahun yang lalu. Fosil
ditemukan di Texas. Ilustrasi berdasarkan Marsh (1880).
Gambar 3e. Rekonstruksi kerangka burung modern, merpati (Columba livia).
Gambar 3a,b,c,d menunjukkan bentuk burung dari
zaman ke zaman. Burung telah ada di Bumi sejak 225
juta tahun yang lalu (Protoavis). Bagaimanakah
teori Harun Yahya menjelaskan urutan fosil
tersebut? Dalam Evolution deceit penulis menemukan
penjelasan bahwa urutan fosil bukanlah bukti
perubahan dalam satu garis keturunan sebagaimana
dikemukakan para evolusionis, melainkan hanyalah
urutan tindakan penciptaan. Penulis berasumsi bahwa
tiap ‘tindakan penciptaan’ tersebut adalah suatu
tindakan penciptaan terpisah, di mana hasilnya adalah
satu makhluk hidup yang sempurna, utuh, dan tidak
berhubungan dengan makhluk hidup yang ada
sebelum maupun sesudahnya.
Suka atau tidak, konsekuensi dari penjelasan
teori Harun Yahya adalah sebagai berikut: Sejak 3
milyar tahun keberadan kehidupan di Bumi, Sang
Desainer baru berniat menciptakan burung untuk
mengisi angkasa sekitar 200 juta tahun yang lalu.
Burung pertama yang diciptakan, Protoavis dan
Archaeopteryx, tidak mirip dengan burung yang ada
sekarang, melainkan memiliki ciri-ciri reptil: memiliki
gigi, sayap bercakar, dan tulang ekor yang panjang.
Seratus juta tahun kemudian Sang Desainer
menciptakan Ichthyornis yang sayapnya sudah tak
bercakar dan tulang ekornya sudah memendek, seperti
burung modern, namun paruhnya masih berisi gigi.
Terakhir, tercipta burung modern yang kita lihat
sekarang. Sang Desainer tidak langsung menciptakan
burung modern, melainkan menciptakan dulu
serangkaian burung purba yang awalnya mirip reptil,
yang makin lama makin mirip burung modern, sampai
akhirnya muncullah burung modern yang ada
sekarang. Lupakan dulu penjelasan evolusionis yang
menyatakan bahwa semua fosil tersebut terletak dalam
satu garis keturunan. Menurut teori HY, tiap bentuk
burung tersebut bukan merupakan bagian dari satu
garis keturunan, melainkan hasil dari tindakan
penciptaan terpisah. Bisa kita tanyakan, mengapa
demikian? Apakah Sang Desainer perlu melakukan
percobaan dulu sebelum menciptakan burung yang
sempurna? Mengapa desain awal untuk burung
memiliki ciri-ciri reptil seperti gigi, cakar, dan ekor
panjang? Bukankah seorang desainer bisa merancang
suatu makhluk hidup ciptaan, misalnya burung,
tanpa perlu meniru desain makhluk hidup lain?
Urutan perubahan bentuk yang ditemukan
dalam catatan fosil tidak hanya pada burung. Para
ahli paleontologi telah menemukan banyak urutan
perubahan bentuk lainnya: dari ikan ke hewan
berkaki empat (tetrapoda), reptil ke mamalia, garis
keturunan kuda, garis keturunan gajah, mamalia
darat ke paus, kera purba ke manusia. Dalam teori
Harun Yahya, penjelasan yang ditawarkan adalah
bahwa urutan tersebut adalah ‘urutan penciptaan’,
yang memberi kesan bahwa Sang Desainer, yang
mereka yakini menciptakan tiap bentuk tersebut
secara terpisah, tidak mampu menciptakan makhluk
hidup yang seperti kita lihat sekarang tanpa
menciptakan bentuk-bentuk yang seolah-olah
menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan di
masa lalu. Atau, apakah Sang Desainer itu sengaja
menciptakan urutan bentuk (yang tidak
berhubungan secara keturunan) untuk meniru
evolusi? Bila memang demikian, maka para ahli
biologi memang telah tertipu oleh Sang Desainer,
menyangka bahwa telah terjadi evolusi padahal
yang sebenarnya terjadi adalah penciptaan
terpisah. Mengapa Sang Desainer ingin menipu
manusia?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar